Minggu, 17 Oktober 2010

Tesis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sosok KH.Hasyim Asy’ari dan Hamka merupakan sosok intelektual muslim yang sangat menarik untuk diteliti, kedua tokoh tersebut sering diperbincangkan ditengah-tengah kalangan intelektual dari beberapa sudut pandang misalnya Hasyim Asy’ari dan Hamka berbicara tentang pendidikan, etika, agama, politik, sosial dan budaya. Kedua tokoh juga membentuk dan mendirikan organisasi yang saat ini masih tetap berjalan aktif yaitu Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah disamping keduanya sebagai tokoh organisasi sosial agama yang besar, juga sangat konsen terhadap pendidikan akhlak.
Akhlak Islam berdasarkan taqwa, takwa berarti menjaga diri atau memelihara diri. Pemeliharaan diri diwujudkan dengan melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-larangannya. Taqwa berarti juga taat kepada Allah dan ingin mendapatkan pahala dariNya, serta mengandung pengertian takut kepada siksaNya.
Akhlak adalah perangai yang berakar didalam hati sebagai anugrah dari khaliq maha pencipta. Merupakan satu kenyataan belaka bahwa makhluk manusia mesti terikat erat dengan khliqnya sang pencipta. Akhlak merupakan jambatan yang mendekatkan makhluk dengan khaliqnya. Hamka menyebutkan bahwa sesungguhnya kepercayaan Tauhid yang ditanamkan demikian rupa melalui agama yang diajarkan oleh Nabi SAW membentuk akhlak penganutnya. Sebagaian pendapat mengartikan akhlak adalah kebiasaan kehendak, bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut dengan akhlak Nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasul dengan maksud utama untuk membina dan menyempurnakan akhlak, sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad
إﻨﻤﺎ ﺑﻌﺛﺖ ﻷﺘﻣﻡ ﻤﻜﺎﺮﻡ ﺍﻷﺧﻼﻖ
Artinya : “Bahwasanya aku diutuskan Allah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak (budi pekerti)” H.R Ahmad

Selanjutnya firman Allah dalam surat al- Ahzab, 21 )
                 

Artinya : “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”

Akhlak ataupun budi pekerti memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Akhlak yang baik akan membedakan antara manusia dengan hewan. Manusia yang berakhlak mulia dapat menjaga kemuliaan dan kesucian jiwanya dapat mengalahkan tekanan hawa nafsu syahwat syaitoniah, berpegang teguh kepada sendi-sendi keutamaan. Akhlak yang tabah dan teguh ini dikutkan lagi oleh suatu pokok kepercayaan, yaitu Takdir.
Menghindarkan diri dari sifat-sifat kecurangan, kerakusan dan kezaliman. Manusia yang berakhlak mulia, suka tolong menolong sesama insan dan makhluk lainnya. Mereka senang berkorban untuk kepentingan bersama yang kecil hormat kepada yang tua,yang tua kasih kepada yang kecil. Manusia yang memiliki budi pekerti yang mulia, senang kepada kebenaran dan keadilan, toleransi, mematuhi janji, lapang dada dan tenang dalam menghadapi segala halangan dan rintangan.
Akhlak yang baik akan mengangkat manusia ke darjat yang tinggi dan mulia, akhlak yang buruk akan membinasakan seseorang insan dan juga akan membinasakan ummat manusia. Manusia yang mempunyai akhlak yang buruk senang melakukan sesuatu yang merugikan orang lain, senang melakukan kekacauan, senang melakukan perbuatan yang tercela yang akan membinasakan diri dan masyarakat seluruhnya. Suatu masyarakat dan bangsa akan disebut sebagai masyarakat dan bangsa yang maju manakala memiliki peradaban yang tinggi dan akhlak yang mulia, meskipun dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi masih sangat sederhana.
Sedangkan pada masyarakat dan bangsa yang meskipun kehidupannya dijalani dengan teknologi yang modern dan canggih, tapi tidak memiliki peradaban atau akhlak yang mulia, maka masyarakat dan bangsa itu disebut sebagai masyarakat dan bangsa yang terbelakang dan tidak menggapai kemajuan
Dalam pandangan Hamka, tugas pendidik pada umumnya adalah membantu mempersiapkan dan mengantarkan peserta didik untuk memiliki ilmu pengetahuan yang luas, berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat secara luas Hamka merupakan salah satu tokoh ulama besar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
KH.Hasyim Asy’ari dan Hamka merupakan tokoh ulama yang terkenal diseluruh tanah air, bahkan dikenal sampai keluar negeri, artinya pemikiran Hasim dan Hamka sangat berpengaruh terhadap Bangsa dan Negara, pemikiran beliau banyak dijadikan referensi baik berupa artikel, jurnal, tesis, disertasi, bahkan kedalam betuk buku, Hasim dan Hamka berbeda organisasi, Hasim dari kalangan Nahdhatul Ulama dan Hamka berasal dari golongan Muhamadiyah, tentunya dari pemikiran dan pelaksana terdapat perbedaan dan persamaan yang hakiki, sehingga penulis tertarik untuk melihat lebih jauh konsep pemikiran Hasim dan Hamka terutama pada konsep pendidikan akhlak yang ditawarkan kedua tokoh tersebut.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian tesis ini adalah ”bagaimana pemikiran KH.M.Hasyim Asy’ari dan Hamka tentang konsep pendidikan akhlak
2. Batasan Masalah
Bertitik tolak dari rumusan masalah diatas dan agar penelitian ini fokus maka pembahasan penulis batasi pada hal-hal sebagai berikut :
1. Konsep Pendidikan Akhlak
2. Penanaman Akhlak Pelajar terhadap Guru
3. Penanaman Akhlak Guru terhadap Siswa ( anak didik )
4. Penanaman Akhlak sesama Pelajar
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengungkap dan membandingkan pemikiran-pemikiran konsep pendidikan akhlak yang dikamukakan oleh KH.Hasyim Asy’ari dan Hamka. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Konsep Pendidikan Akhlak Menurut KH.Hasyim Asy’ari dan Hamka
2. Penanaman Akhlak Pelajar terhadap Guru
3. Penanaman Akhlak Guru terhadap Siswa ( anak didik )
4. Penanaman Akhlak Sesama Pelajar
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan pembahasan pada penelitian tesis ini terbagi menjadi dua bagian yaitu (1) kegunaan secara teoritis untuk mengembangkan khzanah keilmuan penulis (2) secara praktis penulisan ini bermanfaat bagi :
a. Orang tua dalam pembentukan akhlak yang terpuji dihadapan khaliqNya
b. Lingkungan masyarakat untuk membudayakan akhlak yang terpuji
c. Pendidik (guru) dalam pembinaan akhlak peserta didik
d. Alim ulama dan cerdik pandai yang memberi suri tauladan yang baik kepada semua pihak
D. Defenisi Operasional
Tesis ini mengambil judul Konsep Pendidikan Akhlak; studi atas pemikiran KH.Hasyim Asy’ari dan Hamka, agar tidak terjadi makna ganda maka perlu dijekaskan maksud dari judul proposal tesis ini :
1. Konsep
Konsep dalam bahasa inggris disebut dengan concept-conception, gamabaran tentang sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia konsep artinya ide atu pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkrit.
Selanjutnya dalam Kamus Ilmiah Populer, Konsep adalah Ide umum, Pengertian, Pemikiran, rancangan, rencana dasar Konsep yang dimaksud dalam tesis ini adalah Pemikiran atau ide yang tuangkan oleh kedua tokoh tantang Pendidikan Akhlak


2. Pendidikan Akhlak
Pendidikan akhlak berasal dari dua kata yaitu Pendidikan dan Akhlak, yang dimaksud dengan pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya keperibadian yang utama dengan redaksi yang berbeda, Marimba dalam Tafsirnya menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya keperibadian yang utama .
Menurut Azra, pendidikan merupakan suatu proses penyiapan sumber daya manusia untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Akhlak secara etimologi berasal dari kata khalaqa yang berarti mencipta, membuat, atau menjadikan. Akhlak adalah kata yang membentuk mufrad, jamaknya adalah khuluqun, yang berarti perangai, tabiat, adat, atau khalqun yang berarti kejadian, bantuan, ciptaan.
Iman Ghazali dalam Ihya Ullumuddin yang dikutip oleh Zainudin mengatakan bahwa akhlak ialah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang spontan tampa memerlukan pertimbangan pikiran pendidikan akhlak yang dimaksud dalam kajian ini adalah sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan konsep pendidkan akhlak dalam kajian tesis ini adalah gambaran, ide atau pemikiran tentang akhlak kedua tokoh tersebut yaitu pemkiran KH. Hasyim Asy’ari dan Hamka.
E. Kajian Terdahulu yang Relevan
Penelitian tentang konsep pendidikan akhlak sudah banyak diteliti oleh peneliti yang terdahulu baik berupa skripsi, tesis, disertasi, jurnal, bentuk buku maupun makalah diantaranya adalah Konsep Pendidikan KH. Hasyim Asyari berupa tesis yang di tulis oleh Maslani dengan judul penelitian “Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari dalam Karyanya Adab al-’âlim wa al-muta’allim: Suatu Upaya Pengungkapan Belajar-Mengajar” tahun 1997 dan Nurdin dengan judul penelitian “Etika Belajar Mengajar: Telaah Kritis atas Konsep Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari dalam Kitab Adab al-’âlim wa al-muta’allim” tahun 1999 Pada penelitian pertama, pembahasan tampaknya lebih banyak difokuskan pada teoritisasi mengenai signifikansi pendidikan dan tugas serta tanggung jawab bagi murid dan guru.
Sedangkan penelitian terakhir menelusuri konsep etika belajar mengajar dalam perspektif KH. Hasyim Asy’ari dan implikasinya bagi dunia pendidikan Islam.
Konsep Pendidikan dalam Kitab Ta’lim Muta’alim dan Relevansinya dengan dunia pendidikan dewasa ini yang ditulis oleh KH.M.Kholil Bisri. Menurut Kholil dalam makalahnya adalah Untuk menyikapi ilmu, guru dan rekan yang seperti, untuk menganggap sikap ta'dhhim ala TMT berlebihan atau tidak, untuk mengatakan sikap-sikap TMT relevan atau tidak kaitannya dengan sistem pendidikan dewasa ini tergantung dimana sebenarnya seseorang (sebagai tholib) menempatkan dirinya dalam kedudukan dan peranan apa, menurut anggapan tholib, guru berpengaruh pada "pembentukan diri". Seberapa besar guru memberi manfaat pada kehidupan tholib. Sampai sejauh mana jangkauan tholib mengapa dia melengkapi diri dengan ilmu itu. Substansi pendidikan (yang bahasa kitabnya at-tarbiyah dari "madhi" robba yang maknanya "memberangkatkan pagi-pagi" atau "memperkembangkan sejak mula", sejak ditanam bagi tanaman dan sejak masa pertumbuhan bagi anak manusia) adalah menggarap jiwa anak manusia menurut fitrahnya adalalah bersih-bersih bagaikan kertas putih dia bisa ditulis, dilukis, dicoret-coret atau diapakan saja bahkan disobek-sobek.
Ditarbiyah dengan demikian bisa diusulkan untuk berarti: “tughda wa tunsau kama hiya makhluqotun bihi bighoiri taghyiri wa thawili majraha, dibiarkan berangkat dan beranjak tumbuh sesuai dengan fitrahnya tanpa harus dibiasakan dari alur yang semestinya dengan menuntun dan memberi contoh yang diinginkan serta memberi warna yang seindah-indahnya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh dia yang dididik. Sehingga tertanam pada dirinya haiah rosikhoh tashduru min halil af 'aal.
Berupa buku yang ditulis oleh Samsul Nizar dengan judul Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tantang Pendidikan Islam yang isinya berkaitan dengan pemikiran-pemikiran Hamka, khususnya tentang Pendidikan Islam. H.Ramayulis dan SamsulNizar, Filsafat Pendidikan Islam (Talaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokoh) dalam buku tersebut mennghimpun beberapa tokoh termasuk kedua tokoh yaitu KH.Hasyim Asy’ari tentang Etika kemudian pemikiran Hamka yang berbicara tentang system pendidikan Suwendi dalam bukunya Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam , Suwendi lebih mengedepankan pada unsur hati sebagai titik tolak pendidikan KH.Hasyim Asy’ari, karena hati yang mendorong sebuah etika itu muncul.
Dari sekian banyak penelitian dan penulisan yang ada baik berupa Tesis, Skripsi, Makalah maupun buku yang mengkaji tentang Konsep Pendidikan Akhlak Pemikiran Hamka dan KH. Hasyim Asy’ari secara komperatif belum di temukan oleh peneliti dan penelitian ini merupakan penelitian pertama dalam tesis ini.
F. Metode Penelitian
1. Bentuk dan Sifat Penelitian
Penelitian ini berbentuk dan bersifat penelitian kepustakaan (library research) karena objek penelitian ini terdapat di perpustakaan terutama referensi yang berkaitan dengan judul tersebut adalah tentang konsep pendidikan akhlak menurut KH Hasyim Asy’ari dan Hamka merupakan penelitian perbandingan atau pendekatan komparatif.
Karena penelitian ini ingin mengkaji pemikiran-pemikiran tentang konsep pendidikan akhlak kedua tokoh yang berbeda organisasi, KH.Hasyim Asy’ari dari kalangan Nahdatul Ulama sedangkan Hamka berasal dari kalangan Muhamadiyah, secara konsep pemikiran kedua tokoh tersebut terdapat perbedaan dan persamaan dalam penerapan konsep maupun penerapan dilapangan
2. Sumber Data
a. Data Perimer
Data primer yaitu data yang berkaitan langsung dengan judul penelitian yaitu dalam buku KH. Hasyim Asy’ari yang Berjudul Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim fima Yahtaju ilaih al-Muta’allim fi Ahwal Ta’limih wama Yatawaqqaf ‘alaih al-Muallim fi Maqat Ta’limih dan Hamka dalam bukunya Lembaga Budi Hamka, Lembaga Hidup Hamka, Pandangan Hidup Muslim, Hamka, Falsafah Hidup Hamka, Tasauf Modern
b. Data Sekunder
Sedangkan data sekunder diambil dari literatur yang mendukung dalam kajian tesis ini, yaitu, Hamka, Kenang-kenanggan Hidup Jilid, I, II dan III,Hamka, Dari Hati ke Hati, , Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama (Biografi KH.Hasyim Asy’ari), Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam, Muhammad Al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim (terjemahan Moh. Rifai), Rahman Ritonga, Akhlak (Meraih Hubungan dengan Sesama Manusia), Maslani, “Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari dalam Karyanya Adab al-’âlim wa al-muta’allim: Suatu Upaya Pengungkapan Belajar-Mengajar”, Tesis, Nurdin., “Etika Belajar Mengajar: Telaah Kritis atas Konsep Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari dalam Kitab Adab al-’âlim wa al-muta’allim” Tesis, M.Kholil, Dikutip dari Makalah yang beliau sampaikan di Pondok Pesantren Al-Hamidiyyah Jakarta
3. Pengumpulan data dan Analisis data
a. Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengacu kepada pendekatan ”library research” yaitu penelusuran buku-buku literatur baik yang bersifat primer maupun sekunder, setelah data terkumpul kemudian dianalis tingkat persamaan dan perbedaan dari kedua tokoh yang menjadi objek penelitian tesis ini
b. Analisis data
Metode yang dipergunakan dalam menganalisis data-data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis terhadap data-data yang diperoleh melalui data primer dan data sekunder.
Adapun metode yang dipakai dalam menganalisis data pada penulisan tesis ini adalah metode content analysis. Menurut Soejono, content analysis adalah usaha untuk mengungkapkan isi sebuah buku yang menggambarkan situsi penulis dan masyarakatnya pada waktu buku itu ditulis jadi dalam tesis ini akan mengungkapkan konsep pendidikan akhlak yang tunjukkan oleh KH Hasyim Asy’ari dan Hamka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar